Don't Show Again Yes, I would!

Kasus Dugaan Kekerasan di Brandoville Studios Viral di Media Sosial

LiteX.co.id, Ragam – Netizen Indonesia dihebohkan dengan laporan dugaan kekerasan dan pelecehan terhadap karyawan di studio game asal Indonesia, Brandoville Studios.

184
Voting Cakada Luwu

Jika Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Luwu dilakukan pada hari ini, manakah yang akan anda pilih.

Berbagai utas dan cuitan menyebutkan sejumlah karyawan mengalami berbagai bentuk kekerasan fisik, emosional, verbal, diskriminasi, rasisme, seksisme, hingga eksploitasi.

Pelaku kekerasan diduga merupakan co-owner dari Brandoville Studios, Cherry Lai.

Sementara itu, CEO dan pendiri studio tersebut adalah suaminya, Ken Lai.

Bukti-bukti yang menunjukkan dugaan kekerasan ini beredar luas, termasuk foto, tangkapan layar percakapan dengan Cherry Lai, dan video dari para korban.

Kronologi Pengungkapan Kasus

Kasus ini pertama kali viral di media sosial setelah akun @Bisher_d790 di platform X (sebelumnya Twitter) mengungkapnya.

“Ini menjijikkan dan harus dibawa ke ranah hukum. Cherry Lai dari Brandoville Studios melakukan kekerasan terhadap karyawannya. Brandoville, yang pernah terkait dengan Lemon Sky, sudah terlibat skandal besar terkait kondisi kerja buruk pada 2021,” tulis @Bisher_d790 pada Senin (9/9).

Akun tersebut juga membagikan tautan yang berisi bukti-bukti kekerasan dari Cherry Lai terhadap beberapa karyawan. Dari bukti yang diunggah, terungkap bahwa kekerasan yang dialami karyawan tidak hanya fisik, tetapi juga verbal, emosional, finansial, dan termasuk diskriminasi rasial serta seksisme.

Animator Indonesia, Ryan Adriandhy, juga ikut membagikan cuitan tersebut di akun X miliknya @Andriandhy.

“PERINGATAN: Kekerasan fisik dan verbal, manipulasi, eksploitasi pekerja. Baca dengan hati-hati. @christasyd, seorang artis di Brandoville Studios, dengan berani berbicara tentang kekerasan yang dialaminya dari atasannya, Cherry Lai,” tulis Ryan pada Kamis (12/9).

Ryan turut membagikan tangkapan layar dari pesan mantan karyawan yang diduga menjadi korban kekerasan Cherry Lai.

“Tahun lalu saat saya hamil, saya dipaksa bekerja hingga larut malam hingga menyebabkan pendarahan dan lahiran prematur. Empat bulan kemudian, anak saya meninggal, tapi Cherry malah marah-marah ke teman saya. Dia tidak mengizinkan saya cuti meski anak saya meninggal,” bunyi pesan tersebut.

Bentuk-Bentuk Dugaan Kekerasan

Berbagai bentuk kekerasan yang dialami oleh karyawan Brandoville Studios turut diungkap, salah satunya adalah kekerasan fisik. Sejumlah karyawan diduga dipaksa menabrakkan kepala mereka ke meja atau dinding, dipaksa bekerja hingga larut tanpa istirahat.

Salah satu bukti yang diunggah menunjukkan seorang karyawan berinisial C diminta menampar dirinya sendiri hingga 100 kali oleh Cherry Lai sebagai hukuman. Bukti percakapan dan video tindakan tersebut turut tersebar.

Seorang mantan karyawan memberikan kesaksian tentang peristiwa tersebut.

“Pada saat itu Ibu Cherry sedang berada diluar negeri, Hongkong. Jadi meeting itu menggunakan Zoom. Beberapa saat meeting berlangsung saya tidak ingat persis apa kesalahan yang dilakukan C waktu itu, tapi Ibu Cherry meminta C untuk menghadap ke dinding dan Ibu Cherry berkata

“C, kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan?”” bunyi pengakuan mantan karyawan yang diunggah dalam bukti-bukti dugaan kekerasan di Brandonville Studios.

“Dan disana C langsung membentur kan kepalanya ke dinding, dan itu cukup keras. Tidak sampai di sana saja, Ibu Cherry meminta Christa untuk menampar muka nya sendiri dan itu juga keras, karena apabila C menamparnya mukanya tidak keras, Ibu Cherry akan meminta C untuk mengulang tamparannya lagi. Saya tidak ada gambar atau video tapi saya ingat betul hal itu terjadi,” ungkap mantan karyawan tersebut.

Selain kekerasan fisik, C juga menyampaikan bukti-bukti kekerasan verbal dan emosional, termasuk eksploitasi dan diskriminasi agama.

“Suatu kali dia menelepon saya tengah malam untuk mengambilkannya Cocsoda dari kulkasnya di dapur kantor lantai 3 dan mengantarkannya ke luar ruangannya, dan saya diharapkan mengantarkannya dalam waktu kurang dari 10 menit, padahal jarak antara tempat sewa saya dan kantornya 10-15 menit berjalan kaki,” tulis C.

Cherry juga pernah menghukum C dengan menyuruhnya berlari naik-turun tangga lima lantai sebanyak 45 kali sebagai hukuman atas kesalahan yang tidak dijelaskan.

Selain itu, C menyebutkan bahwa ia tidak diizinkan libur saat Idulfitri atau Natal, meskipun itu adalah hari libur besar.

Bahkan, Cherry mengambil tunjangan hari raya (THR) C karena menilai kinerjanya buruk.

Lebih jauh lagi, Cherry diduga memaksa C untuk mengajukan kartu kredit guna membeli barang-barang untuk keperluan pribadinya, hingga akhirnya C terlilit utang kartu kredit setelah dipaksa mengundurkan diri tanpa kompensasi pada Oktober 2023.

C juga mengungkap bahwa Cherry sering memintanya mengirim foto pakaian yang ia kenakan setiap hari dan menghinanya dengan sebutan “gemuk” dan “jelek.”

Setelah mengundurkan diri, C mengaku masih terus menerima ancaman dari Cherry, termasuk ancaman terhadap keluarganya.

Tanggapan Netizen dan Brandoville Studios

Kasus ini viral di media sosial, dan banyak netizen yang menyebut tindakan Cherry Lai sebagai bentuk perbudakan modern.

Brandoville Studios, yang dikenal sebagai studio premium pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam animasi dan game AAA, memiliki hubungan dengan Lemon Sky.

Studio ini juga terlibat dalam produksi animasi untuk game besar seperti Final Fantasy dan The Last of Us. Namun, pada Agustus 2024, Brandoville Studios resmi ditutup.

Pengakuan Mantan Atasan Brandoville Studios

Jeremy Anandajoo, mantan atasan di Brandoville Studios yang juga diduga terlibat dalam kasus ini, telah meminta maaf secara terbuka.

“Saya ingin meminta maaf secara terbuka atas tindakan dan kelambanan saya yang menyebabkan lingkungan kerja beracun di bawah kendali Cherry Lai. Saya sangat menyesali peran saya dalam menciptakan suasana yang berbahaya tersebut, dan saya bertanggung jawab penuh atas peran saya di dalamnya,” tulis Jeremy di akun X-nya, Kamis (12/9).

“Saya ingin mengklarifikasi bahwa saya tidak memiliki hubungan resmi dengan Lailai Studios. Saya tidak dibayar, tidak memiliki surat jaminan, dan diperlakukan sebagai apa yang disebut karyawan dengan hanya janji kontrak yang tidak jelas yang tidak pernah dibahas secara resmi. Saya diharapkan untuk membantu sebagai teman, namun terus-menerus dicaci bahkan untuk ‘kesalahan’ terkecil,” lanjut Jeremy.

Langkah Hukum

Kabar terbaru, kasus dugaan kekerasan terhadap karyawan Brandoville Studios sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. namun belum mendapat tanggapan, menurut keterangan dari Ryan Adriandhy di akun X nya, @Andriandhy. 

“Pagi, update kasus kekerasan terhadap Christa Sydney oleh Cherry Lai dan Brandoville Studios sudah dilaporkan ke kepolisian, namun masih belum ada respon. Kabar terakhir dari para ex-karyawan, Cherry Lai sudah berada di LN, saat ini banyak komunitas yang sedang mencoba lewat LBH,” ujar Ryan.

Share:

Ocha

Pegiat teknologi. Saat ini sedang berkuliah di salah satu institut kota malang. memiliki mimpi menjadi seorang full web developer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *