LiteX.co.id, ISLAM – Zohar Chamberlain Regev, wanita kelahiran Israel, memutuskan untuk menjadi mualaf setelah melihat kondisi Jalur Gaza yang terus-menerus mendapatkan serangan dari pasukan zionis. Regev merupakan wanita berusia 53 tahun yang lahir dan besar di Kfar Hahoresh, salah satu kibbutzim atau permukiman Israel. Meski memiliki darah asli Yahudi, Regev tidak mendukung penindasan yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina.
Regev sempat tinggal di wilayah pendudukan Palestina di Israel hingga usianya menginjak 34 tahun. Selama hidup di negeri zionis, dia hidup tanpa mendapatkan kenyamanan karena setiap hari harus menyaksikan ribuan orang Palestina terbunuh karena ulah negaranya sendiri.
Dia mengakui, hati dan pikirannya mendukung penuh Palestina dan tidak menerima perilaku yang dilakukan oleh Israel. Menurut dia, keluarganya selalu menekankan ajaran tentang memperlakukan semua orang dengan baik, mencari keadilan, tidak rasial, tidak memprioritaskan kepentingannya sendiri, dan memperlakukan semua orang secara setara.
“Sebagai orang Israel, saya merasa bertanggung jawab. Kami diberitahu tentang kisah-kisah Holocaust pada saat yang sama, usia muda. Saya dibesarkan di kibbutzim. Dan kibbutzim dibangun oleh mereka yang selamat dari Holocaust. Ada ratusan orang dari Hungaria dengan nomor di lengan mereka di Kibbutz kami. Kami terus-menerus mendengarkan cerita-cerita Holocaust,” ungkapnya.
Regev, yang menjadi anggota komite pengarah Freedom Flotilla, juga aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dengan turun langsung ke lapangan dan bergabung dengan beberapa aktivis dari Kairo. “Hal-hal buruk sedang dilakukan terhadap orang-orang di Gaza. Kita harus berbicara secara terbuka tentang apa yang terjadi di sana,” ucap Regev.
Dia memutuskan untuk pindah ke Spanyol selama 14 tahun, di mana ia tetap mendukung kemerdekaan Palestina dan berpartisipasi dalam protes seperti Gaza Freedom March. Selama di Spanyol, dia juga terlibat dalam usaha mematahkan blokade Gaza melalui laut dengan mengorganisasi sebuah kapal bersama para aktivis.
Setelah beberapa perjalanan untuk kemerdekaan Palestina, akhirnya Regev memutuskan untuk memeluk agama Islam. Meski lahir dan tumbuh sebagai seorang non-Muslim, ia tidak pernah mempraktikkan ajaran agamanya, Yudaisme. Keluarganya, awalnya meragukan keputusannya, akhirnya bisa menerima, terutama setelah Regev menikah dengan seorang Muslim yang memiliki pemahaman agama Islam yang mendalam.
Mertuanya selalu menyuruh Regev untuk selalu berkabar dengan ibunya agar komunikasi tidak terputus. Hal tersebut membuat ibu Regev kagum, karena rutinitas Regev yang selalu menyempatkan ibunya untuk berkomunikasi melalui telepon membuat ibunya percaya bahwa agama Islam tidak membuatnya jauh dengan keluarganya.(hiyotan)