Don't Show Again Yes, I would!

Imam Al-Bukhari, Ulama yang Doanya Diterima dan Ilmunya Abadi

Foto: Unsplash

LiteX.co.id, Islam – Imam Al-Bukhari dikenal sebagai sosok yang mengubah wajah keilmuan Islam. Dari tangannya lahir Shahih Al-Bukhari — kitab hadis paling sahih dan menjadi rujukan utama umat Muslim di seluruh dunia setelah Al-Qur’an. Namun di balik kejayaannya, tersimpan kisah perjuangan luar biasa seorang anak yatim, buta sejak kecil, yang disembuhkan melalui doa ibunya.

Lahir pada 13 Syawal 194 H atau 21 Juli 810 M di kota Bukhara (kini wilayah Uzbekistan), nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari.

Sejak kecil, ia hidup dalam kesederhanaan. Ayahnya, Ismail, seorang ulama saleh, wafat saat Al-Bukhari masih balita.

Ibundanya kemudian berjuang sendiri mengasuhnya dan membangkitkan kecintaannya pada ilmu.

Di usia empat tahun, Imam Al-Bukhari divonis buta permanen.

Namun ibunya tak putus asa. Setiap malam ia bersujud, memohon agar Allah mengembalikan penglihatan anaknya.

Suatu malam, ia bermimpi bertemu Nabi Ibrahim AS yang berkata,

“Wahai perempuan, Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu karena doa dan tangisanmu.”

Keesokan paginya, Al-Bukhari benar-benar bisa melihat kembali.

Dari sanalah kisah keilmuannya dimulai. Ia mulai menghafal Al-Qur’an dan menulis hadis sejak usia di bawah 10 tahun.

Dalam salah satu kisah yang dikisahkan Ustaz Adi Hidayat, Al-Bukhari kecil pernah mengejutkan gurunya.

Saat sang guru membacakan surah Qaf dan meminta siapa yang hafal, bocah kecil yang buta itu mengangkat tangan dan berkata, “Saya sudah hafal dalam jiwa saya.”

Ketika diminta membaca, ia melantunkan ayat demi ayat dengan tajwid sempurna, padahal baru sekali mendengarnya.

Sejak saat itu, gurunya memerintahkan agar ia mulai menghafal hadis, bukan hanya Al-Qur’an.

Di usia belasan tahun, Al-Bukhari sudah menghafal ribuan hadis beserta sanadnya.

Perjalanannya mencari hadis membawanya ke Makkah, Madinah, Mesir, Basrah, dan Syam.

Namun di balik rihlah ilmiah itu, Al-Bukhari pernah hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Dikisahkan dalam kitab Shafahat min Shabril Ulama, suatu hari sahabatnya menemukan beliau di rumah tanpa sehelai benang, semua barang dan pakaian telah dijual demi biaya menulis hadis.

Teman-temannya kemudian mengumpulkan uang untuk membelikan pakaian agar beliau bisa keluar rumah lagi dan melanjutkan penulisan hadis.

Meski hidup sederhana, kesabarannya tiada tanding. Selama 16 tahun, ia menyusun Shahih Al-Bukhari dengan disiplin ketat.

Setiap hadis yang akan ditulis, beliau shalat dua rakaat terlebih dahulu untuk memohon petunjuk Allah.

Dari ribuan hadis yang ia kumpulkan, hanya 7.275 hadis yang dinilai benar-benar sahih dan dimasukkan ke dalam kitab tersebut.

Kehebatan Al-Bukhari membuatnya dijuluki “Amirul Mukminin fil Hadis”, pemimpin orang-orang mukmin dalam bidang hadis.

Ia menjadi simbol integritas ilmiah dan spiritualitas tinggi dalam Islam.

Puluhan abad kemudian, Presiden Soekarno turut menaruh rasa hormat mendalam kepadanya.

Dalam kunjungannya ke Uzbekistan pada 1956, Bung Karno bahkan meminta Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev agar diperbolehkan menziarahi makam Imam Al-Bukhari di Samarkand.

Permintaan itu dikabulkan setelah tiga hari pencarian.

Ketika ditemukan, kondisi makam sangat tidak terurus.

Bung Karno pun meminta agar makam tersebut diperbaiki, bahkan menawarkan untuk memindahkan jasad Imam Al-Bukhari ke Indonesia jika tidak sanggup dirawat.

Kisah pertemuan spiritual antara Soekarno dan Imam Al-Bukhari kini diabadikan dalam pentas seni bertajuk “Imam Al-Bukhari dan Soekarno”, digelar oleh Bumi Pernati Indonesia bekerja sama dengan The Drama Theater of Kattakurgan (Uzbekistan) di Balai Budaya Surabaya pada Juni 2025.

Pentas ini memadukan musik, zikir, dialog teater, dan videografi, memperlihatkan persinggungan dua tokoh besar: ulama yang menyalakan cahaya ilmu, dan presiden yang membawa semangat kemerdekaan.

Warisan Imam Al-Bukhari tidak hanya dalam kitabnya, tetapi juga dalam keteladanan: kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan mencari ilmu demi umat.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *