LiteX.co.id, Internasional – Setelah 15 bulan konflik bersenjata yang menyebabkan lebih dari 46.700 korban jiwa di Gaza, Israel dan Hamas akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Kesepakatan ini diumumkan oleh mediator internasional, termasuk Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, dan dijadwalkan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025.
Kesepakatan ini dirancang untuk menghentikan perang, membebaskan sandera, dan memulai fase rekonstruksi Gaza yang telah hancur akibat konflik berkepanjangan.
Presiden AS Joe Biden menyebut kesepakatan ini sebagai terobosan signifikan dalam upaya perdamaian di Timur Tengah.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang memimpin mediasi, mengungkapkan bahwa kesepakatan ini mencakup sejumlah langkah penting untuk mengurangi ketegangan di wilayah tersebut.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa beberapa klausul masih perlu dirampungkan.
Hamas dan Israel sepakat untuk menghentikan pertempuran sementara dan melaksanakan gencatan senjata dalam tiga tahap.
Selain itu, Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, yang mencakup perempuan, anak-anak, dan orang tua, dengan imbalan pembebasan 1.650 tahanan Palestina.
Pertukaran ini menjadi titik sentral dalam upaya perdamaian yang sedang berlangsung.
Pasukan Israel juga akan menarik diri dari sejumlah wilayah di Gaza sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.
enarikan pasukan ini bertujuan memberikan kesempatan bagi warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka.
Selain itu, penyeberangan perbatasan Rafah akan dibuka untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dan akses medis bagi warga Gaza yang terluka.
Tahapan Kesepakatan Gencatan Senjata
- Tahap Pertama (42 Hari)
- Penghentian penuh operasi militer oleh kedua pihak.
- Penarikan pasukan Israel sejauh 700 meter dari wilayah berpenduduk di Gaza.
- Pembebasan 33 sandera Israel oleh Hamas, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia.
- Israel akan membebaskan 1.650 tahanan Palestina secara bertahap.
- Warga Palestina yang mengungsi akan diizinkan kembali ke rumah mereka di Gaza Utara.
- Penyeberangan Rafah akan dibuka untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan hingga 600 truk per hari.
- Tahap Kedua (42 Hari)
- Deklarasi penghentian permanen semua operasi militer.
- Pembebasan sandera laki-laki Israel yang tersisa dengan imbalan tahanan Palestina tambahan.
- Penarikan penuh pasukan Israel dari seluruh wilayah Gaza.
- Tahap Ketiga (42 Hari)
- Pertukaran jenazah warga Israel dan Palestina yang tewas selama konflik.
- Dimulainya rekonstruksi besar-besaran Gaza, termasuk pembangunan perumahan, infrastruktur, dan kompensasi bagi warga terdampak.
- Semua penyeberangan perbatasan akan dibuka untuk memfasilitasi pergerakan barang dan orang.
Kesepakatan ini mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak internasional.
Presiden Biden memuji langkah ini sebagai awal dari perdamaian yang lebih besar, sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa gencatan senjata ini memberikan peluang penting untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza.
Namun, tantangan tetap ada. Ketegangan antara kedua pihak, kerumitan dalam implementasi tahapan, dan risiko pelanggaran gencatan senjata menjadi perhatian utama.
Sejarah mencatat bahwa perjanjian serupa sering kali gagal karena insiden kecil yang memicu kembali konflik.