Don't Show Again Yes, I would!

Junnah Hakiki, Solusi Bagi Negeri yang Diberkahi

Oleh: A Tenri Sarwan

Tindakan Israel semakin semena-mena. Lagi dan lagi untuk kesekian kali. Kabar duka sebelumnya masih segar di ingatan. Lalu kabar duka kembali menghiasi. Kementerian Palestina mengatakan bocah berusia 14 itu, Qusai Radwan Waked tewas setelah mengalami luka parah pada bagian perut karena tembakan tentara Israel di wilayah Jenin, sebuah kota di bagian utara Tepi Barat. (Cnnindonesia.com, 13/02/2023)

Serangan Israel di Nablus, Tepi Barat, pada Rabu (22/2/2023) menewaskan sedikitnya 11 warga Palestina dan sekitar 80 orang luka-luka. (Kompas.com, 23/02/2023)

Bukan yang pertama. Tak terhitung berapa banyak korban dari tindakan kekejaman mereka. Lantas apa yang bisa menyelamatkan tanah yang diberkahi atau mungkin masih berpikir bukan urusan kita?

Duka Palestina, Duka Bersama

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Bukan hal baru bagaimana kengerian terus saja terjadi disekitar saudara-saudari seiman yang bermukim di negeri yang diberkahi. Seakan hak untuk hidup enggan diberikan kepada mereka disaat dunia amat menggaungkan HAM. Apakah HAM tak berlaku bagi Palestina dan sekitarnya?

Kemana mereka para penggaung HAM, saat satu sudut dunia terus menjadi sasaran kekejaman. Bahkan tak pandang bulu, orang tua, wanita hingga anak-anak tak pelak menjadi sasaran.

Kabar duka yang beruntun ini, terus hadir menciptakan kengerian tersendiri bagi yang melihat dan mendengarnya. Bagaimana dengan mereka yang mengalaminya langsung, sungguh tak bisa dijabarkan hanya dengan ungkapan semata atau mungkin sudah menganggapnya biasa, lalu benar-benar berpikir itu bukan urusan kita lagi?

Duka Palestina adalah duka bersama. Maka, apa yang mereka rasakan, harusnya turut kita rasakan. Seperti satu tubuh, kala satu bagian tubuh sakit maka yang lain juga merasakan. Begitulah kita sebagai sesama muslim.

Pertanyaannya apa yang sudah kita lakukan untuk saudara kita? Mengirimkan mereka doa terbaik? Jangan berhenti mendoakan mereka. Mengirimkan donasi? bantuan berupa makanan, air bersih dan obat-obatan? Sungguhpun mereka membutuhkan itu.

Tapi, apa itu cukup? Tentang duka istri yang kehilangan suaminya. Tentang suami yang kehilangan istrinya. Tentang duka orang tua yang kehilangan anak-anaknya. Tentang anak-anak yang kehilangan ibunya. Tentang anak-anak yang kehilangan ayahnya. Tentang anak-anak yang kehilangan kedua orang tuanya. Tentang keluarga yang kehilangan keluarga lainnya. Tentang wanita yang kehilangan kehormatannya. Tentang pria yang kehilangan anggota tubuhnya. Tentang rumah yang tak lagi sama. Tentang udara yang kian menyiksa, sesak dengan kepulan asap yang berkepanjangan. Tentang setiap tetesan air mata hingga darah yang tak berkesudahan. Apakah yang kita lakukan sudah cukup?

Duka Palestina, adalah duka bersama. Ini bukan tentang sesama manusia saja Tapi, lebih daripada itu. Ini tentang Allah dan Rasul-Nya. Tentang tanggungjawab. Tentang jawaban kita kelak di hadapan-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَ قْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 1)

Tempat itu bukan hanya sekedar wilayah biasa. Di sana adalah awal mula yang membuat kita mendapatkan keistimewaan terhubung dengan Rabb semesta alam, 5 kali sehari. Palestina bukan hanya tanggung jawab mereka yang bermukim disekitarnya tetapi, tanggung jawab kita yang mengaku sebagai seorang muslim.

Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ

Artinya : “Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)”.  (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Maka seharusnya kita tak membedakan ketiganya. Masing-masing memiliki keutamaannya. Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?

Junnah Hakiki Kaum Muslim

Apa yang harus kita lakukan?

Jika pemimpin negeri muslim hanya mampu memberi kecaman. Tapi, jelas tak mampu menghentikan kekejaman Israel. Begitu juga negara-negara dunia atas dasar kemanusiaan hanya melakukan hal yang sama. Mereka jelas tak akan mungkin bisa diharapkan membela Palestina.

Junnah hakiki yang akan secara nyata dan jelas memberi perlindungan, bahkan mampu membebaskan tanah Palestina tidak lain hanyalah Daulah Islamiyah. Yang mampu menggerakkan militer terbaik untuk menghentikan kekejaman Zionis.

Menghadirkan sosok pemimpin sekelas Sultan Abdul Hamid II, “Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah Palestina. Sebab ini bukan milik pribadiku, tetapi milik rakyat. Rakyatku telah berjuang untuk memperolehnya sehingga mereka siram dengan darah mereka. Silahkan Yahudi menyimpan kekayaan mereka yang miliaran itu. Bila pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun, jika saya masih hidup, maka (meskipun) tubuhku terpotong-potong adalah lebih ringan ketimbang Palestina terlepas dari pemerintahanku.”

Pemimpin seperti itu hanya akan lahir dari sistem yang Allah ridhoi. Yang aturannya jelas bersumber dari Al-Qur’an dan As-sunah.

Maka, posisi kita sekarang adalah apa kita siap menjadi bagian dari orang-orang yang akan menghadirkan kembali junnah hakiki yang akan membebaskan bukan hanya Palestina tapi seluruh saudara-saudari kita yang dirampas haknya oleh kaum yang tak bertanggung jawab?

Imam Malik ra. berkata:

لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا

Tidak akan pernah bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat saat ini kecuali apa yang telah terbukti mampu memperbaiki kondisi generasi awal mereka. (Imam at-Tirmidzi, Adhwâ’ al-Bayân [Mukhtashar asy-Syamâíl Muhammadiyyah]], 2/282)

Wallahu’alam bishshawab.

Share:

Ocha

Seorang pengembang muda yang saat ini tengah mencari peluang kerja di Jepang. Memiliki ketertarikan besar pada dunia teknologi, budaya pop, dan fiksi detektif. Saat tidak sibuk mengotak-atik kode, ia senang membaca novel misteri dan membayangkan diri sebagai “Sherlock Holmes” versi Indonesia. Pecinta musik, terutama karya-karya NewJeans—yang menurutnya, akan selalu abadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *