Don't Show Again Yes, I would!

Kilas Balik 2025, Tragedi Kemanusiaan, Gejolak Politik, dan Bencana Akhir Tahun

LiteX.co.id, Nasional – Tahun 2025 tinggal menghitung hari. Tak terasa, kita sudah berada di penghujung kalender yang penuh dengan guncangan ini

Jika tahun 2025 adalah sebuah buku, maka lembar-lembarnya basah oleh air mata, hangus oleh amarah, namun sesekali berkilau oleh solidaritas rakyat jelata.

Tahun ini bukan sekadar pergantian kalender. Ini adalah tahun di mana kita dipaksa melihat wajah asli bangsa ini di depan cermin yang retak.

Kita menyaksikan bagaimana uang negara digerogoti dalam jumlah yang tak masuk akal, bagaimana nyawa melayang di jalanan demi aspirasi, dan bagaimana alam akhirnya “menagih” hutang atas kerusakan yang kita buat.

Mari kita putar ulang waktu, merenungi perjalanan bangsa ini dari Januari hingga Desember.

Awal Tahun: Terbongkarnya Pesta “Orang-Orang Senang”

Tahun 2025 dibuka dengan sebuah tamparan keras bagi rasa keadilan kita.

Di saat rakyat masih berjuang dengan harga bahan pokok, Kejaksaan Agung membongkar skandal yang membuat nalar kita berhenti bekerja.

Di tubuh Pertamina, terungkap praktik manipulasi minyak mentah yang merugikan negara hampir Rp 1.000 triliun dalam lima tahun.

Bayangkan, uang sebanyak itu bisa membiayai sektor kesehatan nasional selama tiga tahun penuh.

Namun, uang itu justru menguap lewat grup WhatsApp bernama “Orang-Orang Senang”, sebuah nama yang menyakitkan hati rakyat.

Para pejabat ini mengimpor minyak kualitas rendah, mengoplosnya, lalu menjualnya dengan harga tinggi, sambil tertawa di grup percakapan mereka.

Jaksa Agung ST Burhanuddin dengan tegas menyebut kerugian ini fantastis.

“Bila dihitung kasar dengan perkiraan kerugian negara setiap tahun sebesar Rp 193,7 triliun, maka total kerugian selama 2018-2023 mencapai hampir satu kuadriliun rupiah,” ungkap pihak Kejaksaan.

Di bulan-bulan awal ini pula, ironi lain muncul. Di saat korupsi merajalela, rakyat kecil penerima bansos justru terjerat lingkaran setan judi online.

PPATK mengungkap fakta memilukan: 571.410 penerima bansos menggunakan uang bantuan negara untuk berjudi, dengan total transaksi nyaris Rp 1 triliun.

Pertengahan Tahun: Keadilan yang Timpang

Memasuki pertengahan tahun, ketimpangan semakin telanjang. Presiden Prabowo Subianto membuat keputusan berani dengan menaikkan gaji hakim hingga 280 persen pada Kamis (12/06/2025), dengan harapan mereka tak lagi bisa dibeli.

“Orang miskin, orang kecil, hanya bisa berharap kepada hakim-hakim yang adil… Hakim yang tidak bisa dibeli,” tegas Prabowo.

Namun, di gedung parlemen, wacana lain bergulir.

Anggota DPR mendapat sorotan tajam karena isu kenaikan tunjangan perumahan hingga Rp 50 juta per bulan, di saat rakyat sedang susah.

Kontras ini menyulut api dalam sekam yang kelak akan meledak di bulan Agustus.

Di dunia maya, kita juga disuguhi drama “kucing-kucingan” antara negara dan peretas.

Polisi mengklaim menangkap pemuda di Minahasa sebagai sosok Bjorka.

Namun, seolah mengejek klaim tersebut, Bjorka yang asli muncul kembali dan membocorkan 341 ribu data personel Polri sebagai “kejutan” balasan.

Agustus Kelabu: Darah di Aspal Pejompongan

Bulan Agustus 2025 akan dikenang sebagai bulan amarah.

Protes meluas menentang kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat, termasuk isu tunjangan DPR dan revisi aturan yang merugikan pekerja.

Puncak tragedi terjadi pada Kamis (28/08/2025) malam di Pejompongan, Jakarta Pusat.

Affan Kurniawan (20), seorang pengemudi ojek online yang sedang mencari nafkah mengantar pesanan, tewas terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di tengah pembubaran massa.

Kematian Affan bukan sekadar statistik. Ia adalah simbol rakyat kecil yang tergilas arogansi kekuasaan.

“Dia benar-benar menghantam siapa saja yang ada di depannya. Ojol itu tidak sempat kabur,” ungkap Abdul, saksi mata di lokasi kejadian.

Amarah meledak. Gedung DPRD Makassar dibakar, rumah dinas pejabat dijarah, bahkan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani dan anggota DPR seperti Ahmad Sahroni menjadi sasaran amuk massa.

Di tengah kekacauan itu, fitur TikTok Live dimatikan, membuat pedagang kecil kehilangan pendapatan harian mereka.

Akhir Tahun: Teror Bom dan Bencana yang Menenggelamkan

Menjelang akhir tahun, teror menghantui dunia pendidikan.

Sebuah ledakan bom rakitan mengguncang SMAN 72 Jakarta Utara saat Salat Jumat pada Jumat (07/11/2025), melukai puluhan siswa. Pelakunya diduga terpapar konten kekerasan dari dark web.

Insiden ini memaksa Presiden Prabowo mempertimbangkan pembatasan game online yang mengandung kekerasan.

Tak berhenti di situ, revisi KUHAP yang disahkan DPR pada Selasa (18/11/2025) memicu kecemasan baru tentang negara kepolisian (police state), di mana penyadapan dan penyitaan bisa dilakukan dengan alasan “mendesak”.

Tahun 2025 ditutup dengan duka mendalam dari Pulau Sumatra. Banjir bandang dan longsor meluluhlantakkan Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada bulan Desember.

Bencana ini bukan sekadar amuk alam, melainkan buah dari kerusakan lingkungan akibat ulah korporasi.

Kejaksaan Agung dan Walhi kompak menuding aktivitas alih fungsi lahan sebagai biang keladi.

Di tengah lambatnya birokrasi, muncul cahaya harapan. Konten kreator Ferry Irwandi membuktikan kekuatan rakyat dengan mengumpulkan donasi Rp 10,3 miliar hanya dalam 24 jam untuk korban bencana.

Aksi ini menjadi tamparan halus bagi Menteri Sosial Gus Ipul yang sempat mengingatkan soal izin penggalangan dana di tengah situasi darurat.

Kita juga kehilangan talenta terbaik. Awhin Sanjaya, pembalap muda kebanggaan Luwu Utara, gugur di lintasan balap Jambi pada Minggu (14/12/2025), meninggalkan duka bagi dunia otomotif tanah air.

Epilog: Menatap 2026

Tahun 2025 mengajarkan kita harga mahal dari sebuah kelalaian dan ketidakadilan. Dari mega korupsi Pertamina hingga banjir di Sumatra, benang merahnya jelas: ketika integritas runtuh, rakyatlah yang menderita.

Namun, tahun ini juga mengajarkan kita tentang kekuatan solidaritas.

Ketika negara terasa lambat atau absen, rakyat saling bantu.

Dari donasi Ferry Irwandi hingga aksi saling jaga saat kerusuhan, kita melihat bahwa harapan bangsa ini justru ada pada pundak warganya sendiri.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *