(Ismail Wahid)
Dari Pilkada Luwu 2008 faktor calon wakil bupati sudah menjadi kunci kemenangan kandidat bupati, ini adalah konsekuensi dari kontestasi geopolitik yang akhirnya mengerucut kepada 4 calon yang tampil ketika itu.
Adalah Rischal Pasombo yang berpasangan dengan Sahardi Mulya, Amir Uskara dan Syamsul Sabbea, Basmin Mattayang dan Buhari Qahhar dan terakhir Andi Mudzakkar berpasangan dengan Syukur Bijak.
Pada pertarungan tersebut, basis finansial bukanlah indikator dari kemenangan tetapi ada proses kerja ideologisasi yang di lakukam relawan Andi Mudzakkar, sehingga pada saat itu relawan ini sangat massif bergerak di lapangan dan memenangkan simpati masyarakat.
Andi Mudzakkar yang menggandeng Syukur Bijak adalah pilihan yang rasional di saat itu kekuatan Syukur Bijak di wilayah kutub Utara yang mempunyai basis militan dan punya tradisi kultural yang sangat kuat mampu memberikan efek elektoral kepada Andi Mudzakkar sehingga berbuah hasil positif Cakka mampu menang dengan telak dengan angka selisih 20 ribuan lebih.
Setelah itu, kembali Basmin Mattayang menantang incumbent di tahun 2013 kala itu Basmin kembali berpaket dengan Syukur Bijak, yang akan menantang Andi Mudzakkar yang berpasangan dengan Amru Saher, menariknya dalam tarung pada saat itu tak ada lembaga survei yang memenangkan Cakka, semuanya berpihak kepada Basmin Mattayang, akhirnya Cakka mengeluarkan mertedologi yang baru dengan memajukan satu figur yaitu Basri Suli dan Thomas Toba”lewat pasangan ini, basis Syukur Bijak di Utara terjadi pembelahaan dan mereka migrasi ke Thomas Toba”dan lagi-lagi Cakka berhasil memenangkan pertarungan ini dengan selisih tipis 1431 atau kisaran 0,61 persen.
Bagaimana dengan 2018?
untuk kedua kalinya Basmin Mattaang kembali berpasangan Syukur Bijak, dan penantangnya adalah anak muda yang diorbitkan oleh Cakka, ia adalah Patahuddin yang berpasangan dengan Emi Tallesang. Akhirnya pertarungan itu berakhir dengan kemenangan Basmin Mattayang dan Syukur Bijak. Sebagai pemenang dengan angka yang sangat signifikan dan fantastis 117.230 suara, sedangkan pasangan nomor urut 2 Patahuddin-Emmy Tallesang meraih suara sebanyak 76.206 suara. Selisih suara antara keduanya yakni 41.024 suara.
2024 adalah momentum pertarungan anak. muda, beberapa figur telah bergerak mensosialisasikan dirinya lewat pamflet dan poster baligho, sebutlah misalnya Arham Basmin Mattayang, Patahudding, Jabbar Idris, A.Mammang, Wahyu Napeng, Agus Salim, Tabi Pasenggong, Harbi Syam, Andi Firdaus, Husmaruddin, Buhari Kahar dan Andi Tenri Karta sementara khusus di wilayah utara, beberapa figur yang kembali muncul Seperti Devi Bijak Pawindu, Rahmat Kapten, Erwin Barabba, Amru Saher dan Hafida Rauf Basyuri.
Dari beberapa figur tersebut, para kandidat bupati kembali memainkan geopolitik sebagai representasi selatan-utara dan tak ada yang berani untuk main pada wilayah selatan-selatan, sebab sejarah selama ini membuktikan bahwa peran figur utara sangat mampu memberikan efek elektoral yang sangat signifikan.
Penulis menyaksikan di beberapa beranda sosial media yang telah berseliweran, dari tokoh tersebut baru dua orang yang terang-terangan berani bersikap misalnya Arham Basmin sudah memantapkan pilihannya kepada Rahmat kapten tokoh yang sangat bersahaja di walmas mantan anggota DPRD tiga periode dari fraksi Demokrat dan Patahudding juga telah melakukan pendekatan kepada Devi Bijak Pawindu Anggota DPR RI Fraksi Demokrat sekalgus anak mendiang almarhum Syukur Bijak.
Sementara beberapa kandidat Bupati lainnya masih sangat hati-hati untuk menentukan sikap,nl namun yang perlu digaris bawahi bahwa pilkada Luwu 2024, ini akan memberikan kejutan yang sangat menarik dan bisa jadi dalam pertarungan kali ini ada 4 figur yang akan memastikan untuk maju pada proses pemilihan kepala daerah ini, sebagiamana yang pernah terjadi di tahun 2008.
Wallahu a’lam bishawab.
Bone 14 April 2024.