LiteX.co.id, Internasional – Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran ke Jalur Gaza pada Selasa (18/3/2025), menewaskan ratusan warga sipil dan menandai berakhirnya gencatan senjata yang telah berlangsung sejak 19 Januari.
Militer Israel mengklaim serangan ini menargetkan infrastruktur Hamas setelah kelompok tersebut menolak proposal pertukaran sandera.
Namun, menurut laporan tenaga medis dan saksi mata, korban tewas didominasi oleh perempuan dan anak-anak.
“Serangan ini bertujuan mencapai tujuan perang yang ditetapkan oleh pemimpin politik, termasuk pembebasan sandera kami,” ujar pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), seperti dikutip dari Fox News.
Serangan ini diperintahkan langsung oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.
Serangan udara Israel menghancurkan sejumlah rumah di Deir Al Balah, Kota Gaza, Khan Younis, dan Rafah.
Sekolah Al-Tabi’in yang dijadikan tempat pengungsian juga terkena bom. Menurut juru bicara layanan medis Gaza, Mahmud Basal, lebih dari 150 orang terluka akibat gempuran udara dan artileri.
Hamas menuding Israel sengaja menggagalkan perundingan damai yang tengah berlangsung.
“Keputusan Netanyahu untuk melanjutkan agresi membuat nasib para sandera semakin tidak pasti,” ujar seorang pejabat Hamas kepada Reuters.
Sementara itu, Amerika Serikat kembali menyatakan dukungannya terhadap Israel. Gedung Putih menegaskan bahwa Israel berhak membela diri terhadap ancaman Hamas.
“AS dan Israel tidak akan mentoleransi terorisme dari Hamas maupun Hizbullah,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengutip pernyataan Presiden Donald Trump.
Sebaliknya, negara-negara seperti Inggris, Prancis, dan Jerman mengecam eskalasi ini, mendesak Israel menghentikan serangan dan memastikan perlindungan bagi warga sipil.
Tak hanya Gaza, Israel juga menyerang kota Yohmor di Lebanon Selatan, menewaskan dua anggota kelompok militan Hizbullah yang disebut sebagai “agen observasi”. Hizbullah belum memberikan tanggapan resmi atas serangan ini.
Di sisi lain, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dari Suriah juga melancarkan serangan ke Lebanon, menewaskan tujuh orang.
Tentara Lebanon membalas dengan serangan udara ke posisi HTS di perbatasan Suriah-Lebanon.
Dengan situasi yang semakin tidak menentu, harapan akan gencatan senjata berkelanjutan semakin memudar, sementara ribuan warga sipil masih terjebak dalam krisis kemanusiaan.