Don't Show Again Yes, I would!

Peringatan Hari Puisi Nasional Mengukuhkan Warisan Sang Pelopor Sastra

Chairil Anwar, sosok penulis puisi Indonesia yang meninggal pada 28 April 1949. (Wikimedia.org)

LiteX.co.id, Ragam – Setiap tahun pada tanggal 28 April, Indonesia memperingati Hari Puisi Nasional, sebuah momen spesial untuk menghormati kontribusi luar biasa Chairil Anwar terhadap dunia sastra.

Pada Senin (28/04/2025), masyarakat kembali mengenang perjalanan hidup dan karya penyair besar yang telah membawa napas baru dalam dunia puisi tanah air.

Tanggal ini dipilih bukan tanpa alasan. Chairil Anwar, sosok yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang”, menghembuskan napas terakhirnya pada 28 April 1949.

Dalam hidupnya yang singkat, hanya 27 tahun, ia berhasil menulis sekitar 96 karya, di antaranya 70 buah puisi yang membekas kuat di hati bangsa.

Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan minat besar pada dunia literasi.

Ketika masih duduk di bangku HIS dan MULO, Chairil telah melahap banyak buku di luar tingkat pendidikannya. Kegemarannya terhadap bacaan membawa dirinya bertemu dengan tokoh-tokoh sastra besar seperti H.B. Jassin dan Subagio Sastrowardoyo.

Puisi “Aku” yang ia tulis pada 1943 dan diterbitkan di Majalah Timur pada 1945, menjadi salah satu karya penting dalam Angkatan 45.

Melalui puisinya, Chairil menyuarakan semangat perjuangan dan kegelisahan rakyat Indonesia yang tengah berjuang meraih kemerdekaan.

Karya-karyanya seperti “Karawang-Bekasi”, “Diponegoro”, “Doa”, hingga “Senja di Pelabuhan Kecil” tak hanya mencerminkan gejolak pribadinya, tetapi juga menjadi suara kolektif bangsa yang tengah mencari jati diri.

Menjelang akhir hayatnya, Chairil mengalami kondisi kesehatan yang memburuk. Ia menderita berbagai penyakit, mulai dari infeksi paru-paru, darah kotor, hingga gangguan usus.

Akhirnya, ia meninggal dunia di Rumah Sakit CBZ (sekarang RS Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta, pada 28 April 1949 pukul 14.30. Dalam saat-saat terakhirnya, ia sempat berbisik lirih, “Tuhanku, Tuhanku”.

Hari Puisi Nasional bukan sekadar mengenang sosok Chairil Anwar, tetapi juga menjadi refleksi atas kekuatan puisi sebagai sarana perjuangan, ekspresi diri, hingga kritik sosial. Festival puisi, lomba membaca puisi, dan berbagai kegiatan sastra kerap diadakan untuk memperingatinya.

Lebih dari sekadar untaian kata indah, puisi adalah cerminan perasaan, budaya, politik, dan spiritualitas suatu bangsa. Lewat puisinya, Chairil mengajarkan bahwa perjuangan bisa dilakukan lewat kata-kata yang tajam, jujur, dan menggetarkan.

Menariknya, pada Senin (28/04/2025) ini, selain Hari Puisi Nasional, dunia juga memperingati Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedunia serta Hari Perempuan di Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Internasional.

Momen ini semakin memperkaya makna pentingnya perjuangan di berbagai bidang: sastra, keselamatan kerja, dan pemberdayaan perempuan di era digital.

Meski Chairil Anwar telah tiada, semangat dan warisannya tetap hidup. Puisinya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia, membuktikan bahwa suara Chairil Anwar melampaui batas geografis dan waktu.

Share:

Ocha

Pengangguran dadakan yang lagi nyari kerja di Jepang. Mimpi jadi karyawan kantoran ala anime sambil ngejar deadline. Kalau lagi nggak sibuk ngoding, pasti lagi baca novel detektif sambil ngebayangin jadi Sherlock Holmes versi Indonesia. Oh iya, NewJeans Never Die

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *