LiteX.co.id, LUWU – Bupati Luwu, Muh. Saleh menetapkan status tanggap darurat bencana hingga tanggal 1 Juni mendatang sejak longsor dan banjir bandang menerjang wilayahnya pada 3 Mei lalu.
Meski dirinya yang menetapkan, status tanggap bencana sampai pada 1Juni , besok, namun PJ Bupati Luwu, justru keluar daerah berhari-hari lamanya.
Kalak BPBD diinformasikan meninggalkan kabupaten Luwu, hingga berhari-hari.
Akibatnya, sejumlah informasi terkait penanganan bencana serta update progres penanggulangan bencana sulit didapatkan publik.
“Tidak ada pak kalak, pak sekretaris juga ke Jakarta, beberapa kabid juga tidak masuk kantor hari ini,” ungkap seorang staf di Kantor BPBD Luwu, saat ditemui media.
Selain sulitnya informasi tentang update penanganan bencana karena sejumlah pimpinan di BPBD Kabupaten Luwu sedang keluar kota, Asep Suyatna, selaku koordinator Pusdal OPS-PB BPBD Kabupaten Luwu mengungkapkan jika ada bencana longsor susulan yang belum ditangani karena belum ada perintah pimpinan.
“Kemarin ada longsor susulan di Kaladi, belum ditau penanganannya bagaimana, karena belum ada informasi dari pimpinan bagaimana,” kata Asep Suyatna, Kamis, (30/5).
Saat ditanyai lebih jauh terkait progres pembukaan jalan pada titik-titik terisolir akibat bencana di Luwu, serta perlakuan terhadap pengungsi hari ini, Asep mengaku tidak banyak tahu.
“Saya kurang tau. Kalau mau konfirmasi terkait penanganan, harus ke kalak.Saya di sini Pusdal OPS. Saya cuman olah data laporan,” kunci Asep.
Dikonfirmasi terpisah melalu telephone selulernya, Sekretaris BPBD Kabupaten Luwu, Ami membenarkan jika dirinya bersama Kalak BPBD Luwu, Andi Baso Tenriesa berada di Jakarta untuk urusan dinas. Meski demikian, menurutnya penggalangan bencana di Luwu harusnya berjalan lancar.
“Sebenarnya biar kami keluar daerah bisa ji berikan info, cuman memang terkait kegiatan penanganan longsor hari ini kami belum dapat lagi info trbaru. Kegiatan hari ini, tim BPBD di Luwu sedang mendampingi tim peneliti pergeseran tanah dri PVMBG badan geologi kementerian ESDM. Kalau progres pembukaan jalan memang update trakhir kami belum terima dari dinas PUTR. terakhir kami dapat info longsoran di Boneposi masih ada yang dikerja, begitupun di Kaili Suli Barat,” kata Ami.
Untuk diketahui, sebanyak 14 orang dinyatakan meninggal dunia pada bencana 3 Mei lalu. Berdasarkan data BPBD Luwu, Sebanyak
1665 orang masih dinyatakan mengungsi hari ini.
Meski tidak ada lagi dapur umum dari BPBD Luwu, Korban bencana banjir dan tanah longsor masih mengungsi di sejumlah titik. Di Desa Mardinding, Kecamatan Bajo Barat misalnya, warga masih mengungsi di bangunan sekolah dan sejumlah masyarakat lainnya mendirikan tenda-tenda sementara.
Camat Bajo Barat, Imran saat dikonfirmasi membenarkan masih ada pengungsi di Wilayahnya. Mereka adalah warga yang telah kehilangan rumah akibat tersapu banjir
“Masih ada pengungsi, ada di sekolah, ada juga yang buat tenda-tenda tempat hunian sementara. Mereka bangun tenda, alasannya sederhana, karena masih berharap bantuan,” ungkapnya saat dikonfirmasi, Kamis, (30/5) malam.
Cerita pilu juga diungkapkan Muhammad Samad, pengungsi yang datang dari Tibussan, Kecamatan Latimojong bersama lebih dari 56 kerabatnya. Samad masih harus mengungsi karena trauma dan akses menuju rumahnya hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Hidup di tempat pengungsian tentu menurutnya hanya mengandalkan bantuan. Baik dari relawan, maupun dari pemerintah. Sayangnya bantuan makanan dari pemerintah sudah terputus sejak 18 Mei lalu.
“Sekarang sudah tidak ada bantuan. Terakhir tanggal 18. Kecuali yang hanyut total rumahnya ada 4 hari yang lalu masih ada bantuannya. Jadi kebutuhan makanan sehari-hari masih bertumpu pada bantuan. Belum ada penghasilan apa-apa karena belum bisa pulang ke Tibussan, “ujar Samad.
Sementara itu Pj Bupati Luwu menurut khabarnya sedang mengurus bantuan untuk korban banjir di Kantor BNPB Jakarta dan mengikuti beberapa pertemuan di kementrian. (*)