Don't Show Again Yes, I would!

Menggali Akar Sejarah Hari Buruh, Berawal dari Chicago Hingga Indonesia

Foto: Pixabay

LiteX.co.id, Nasional – Hari Buruh Internasional atau May Day yang diperingati setiap tanggal 1 Mei bukan sekadar momentum seremoni tahunan, melainkan cermin sejarah perjuangan panjang para pekerja di seluruh dunia.

Dari tragedi Haymarket di Chicago hingga aksi massa di berbagai belahan Indonesia, May Day selalu membawa pesan penting tentang keadilan dan perlindungan hak-hak buruh.

Dalam semangat itu, Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, memberikan sinyal positif terhadap perjuangan pekerja Indonesia.

Ia menyebut bahwa DPR akan memprioritaskan pembahasan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) setelah peringatan May Day. Menurut Dasco, ini merupakan bentuk konkret dukungan legislatif terhadap isu-isu ketenagakerjaan yang selama ini sering terabaikan.

“Sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi pekerja, setelah May Day kami akan fokus pada RUU PPRT. Ini bukan sekadar simbolis, tapi komitmen nyata dari parlemen,” ujar Dasco kepada wartawan di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

May Day sendiri lahir dari aksi buruh besar-besaran yang menuntut jam kerja delapan jam sehari di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19.

Demonstrasi yang berlangsung pada 1 Mei 1886 di Chicago berujung pada tragedi Haymarket, sebuah insiden yang menewaskan polisi dan warga sipil akibat ledakan bom.

Momen kelam ini justru menjadi titik balik dan inspirasi lahirnya solidaritas pekerja global.

Di Indonesia, semangat itu telah tumbuh sejak masa kolonial. Peringatan May Day pertama terjadi pada tahun 1918 oleh serikat buruh Kung Tang Hwee di Semarang.

Meski sempat dilarang pada masa Orde Baru, peringatan ini kembali hidup setelah era reformasi.

Dan pada 2013, pemerintah menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional sebagai bentuk pengakuan terhadap kontribusi pekerja bagi bangsa.

Dalam beberapa tahun terakhir, isu yang diangkat para buruh tak hanya seputar upah layak, tapi juga soal keamanan kerja, hak berserikat, dan perlindungan untuk pekerja informal, termasuk pekerja rumah tangga yang kerap luput dari jaminan hukum. RUU PPRT menjadi salah satu simbol perjuangan baru di era modern ini.

“Kami memahami pentingnya memberikan payung hukum yang jelas untuk seluruh pekerja, termasuk sektor domestik yang selama ini minim perlindungan,” tambah Dasco.

Di sisi lain, menjelang peringatan May Day tahun ini, aparat keamanan di berbagai daerah seperti Sulawesi Selatan dan Jakarta telah menyiapkan pengamanan khusus.

Di Jakarta, rekayasa lalu lintas diterapkan di sembilan titik untuk mengantisipasi kemacetan akibat aksi demonstrasi.

Tak hanya unjuk rasa, peringatan May Day juga menjadi refleksi terhadap ketimpangan sosial yang masih terjadi.

Upah yang belum sesuai kebutuhan hidup layak, jam kerja yang panjang, dan kondisi kerja yang belum sepenuhnya aman masih menjadi keluhan klasik para buruh.

Sebagai wakil rakyat, Dasco mengajak semua pihak untuk menjadikan May Day bukan hanya ajang keluhan, tapi juga momentum untuk merumuskan solusi bersama.

DPR, tegasnya, siap menampung aspirasi dan bergerak dalam jalur konstitusional.

“Semangat May Day harus terus hidup, tapi kita juga harus fokus pada langkah nyata, bukan hanya simbolisasi. RUU PPRT adalah salah satu jalannya,” tutupnya.

Share:

Ocha

Pengangguran dadakan yang lagi nyari kerja di Jepang. Mimpi jadi karyawan kantoran ala anime sambil ngejar deadline. Kalau lagi nggak sibuk ngoding, pasti lagi baca novel detektif sambil ngebayangin jadi Sherlock Holmes versi Indonesia. Oh iya, NewJeans Never Die

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *