LiteX.co.id, Internasional – Serangan udara Israel kembali menghantam Jalur Gaza saat warga Palestina merayakan Idulfitri pada Minggu (30/03/2025).
Serangan yang menargetkan permukiman warga dan tenda pengungsi ini menyebabkan 64 korban jiwa, termasuk anak-anak dan tenaga medis.
Berdasarkan laporan otoritas kesehatan Palestina, serangan terjadi di beberapa wilayah, termasuk Rafah, Khan Younis, Kota Gaza, dan Jabalia.
Tim Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) menemukan setidaknya 15 jenazah petugas medis di Rafah yang menjadi korban serangan tersebut.
Selain itu, lima kendaraan penyelamat dilaporkan hancur akibat serangan udara Israel.
Di Khan Younis, serangan udara pada waktu subuh menewaskan empat warga sipil, sementara di Jabalia, dua orang kehilangan nyawa akibat serangan drone.
Di Kota Gaza, seorang warga sipil tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka akibat serangan rudal yang ditembakkan dari pesawat tanpa awak Israel.
Ketua PRCS menyebut kejadian ini sebagai “salah satu serangan paling mematikan terhadap tenaga medis dalam beberapa tahun terakhir”.
Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pun mengecam tindakan Israel yang dinilai sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
Serangan ini terjadi setelah gagalnya perundingan gencatan senjata yang sebelumnya disepakati pada Januari 2025.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa operasi militer akan terus berlanjut hingga Hamas menyerahkan senjata dan pemimpinnya meninggalkan Gaza.
Sejak pertempuran kembali pecah pada Maret 2025, jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 50.000 warga Palestina telah terbunuh sejak agresi Israel dimulai pada Oktober 2023. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Di tengah serangan ini, Israel juga memperketat blokade terhadap Jalur Gaza dengan menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Warga Palestina yang seharusnya merayakan Idulfitri dengan sukacita kini kesulitan mendapatkan makanan dan obat-obatan.
Jurnalis Al Jazeera, Hind Khoudary, melaporkan bahwa “warga Palestina seharusnya bisa menikmati makanan istimewa saat Idulfitri, tetapi hari ini mereka bahkan kesulitan mendapatkan satu kali makan.”
Serangan brutal Israel di hari raya Idulfitri ini menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk organisasi kemanusiaan dan negara-negara Islam.
Namun, hingga kini, tekanan internasional belum mampu menghentikan agresi Israel di Gaza.
PBB dan lembaga-lembaga hak asasi manusia kembali menyerukan gencatan senjata segera serta akses penuh bagi bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terkepung.
Namun, Israel tetap bersikeras bahwa serangan akan terus berlanjut hingga seluruh sandera yang ditahan Hamas dibebaskan.
Sementara itu, warga Gaza yang selamat dari serangan hanya bisa berharap perang segera berakhir.
“Kami tidak lagi merayakan Idulfitri. Kami hanya berusaha bertahan hidup,” ujar seorang warga yang kehilangan seluruh keluarganya akibat serangan di Jabalia.