LiteX.co.id, Palopo – PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS), perusahaan smelter terkemuka, menghadirkan terobosan baru dalam pengelolaan limbah industri.
Dengan teknologi terkini, BMS berkomitmen mengolah limbah slag menjadi beton non struktural, seperti batako dan paving blok, yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis tinggi.
Site Manager PT BMS, Zulkarnain, mengungkapkan bahwa langkah ini adalah wujud tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
“PT BMS sangat sadar akan pentingnya pengelolaan limbah yang ramah lingkungan. Kami sedang mengembangkan teknologi untuk mengolah slag menjadi produk beton non struktural,” ujarnya.
Proyek ini akan didukung oleh pabrik pengolahan yang saat ini tengah dalam tahap finalisasi.
“Mesin sudah tersedia, tinggal menunggu penyelesaian lokasi pabrik. Rencananya, pabrik ini akan beroperasi mulai Maret dengan kapasitas produksi mencapai 5.000 unit per hari,” tambah Zulkarnain.
Produk seperti batako dan paving blok dari slag tidak hanya dimanfaatkan untuk internal perusahaan, tetapi juga akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu, hasil produksi ini akan digunakan dalam proyek-proyek pemerintah yang mendukung lingkungan serta peningkatan fasilitas umum.
“Ini adalah bentuk kontribusi kami dalam menjaga ekosistem dan membantu masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan,” kata Zulkarnain.
Potensi Besar Limbah Slag :
Slag, atau terak, merupakan hasil samping dari proses peleburan bijih logam.
Kandungan oksida logam yang dominan membuat slag memiliki sifat fisik yang keras, sehingga cocok untuk berbagai aplikasi, seperti beton, batako, shotcrete, dan pengerasan jalan.
Beton yang menggunakan slag diketahui memiliki kekuatan dan daya tahan yang lebih baik dibanding beton biasa.
Dalam industri konstruksi, slag nikel juga dimanfaatkan sebagai bahan pengeras aspal dan material bangunan lainnya.
Dengan inovasi ini, PT BMS tidak hanya mengurangi dampak limbah industri, tetapi juga menciptakan solusi berkelanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Langkah ini diharapkan menjadi contoh bagi industri pertambangan lainnya di Indonesia dalam menerapkan teknologi hijau dan berkelanjutan.